Kamis, 21 Juni 2012

Kemampuan Sosial Bantu Anak Beradaptasi

Orang tua perlu untuk untuk membangun kompetensi sosial anak, mereka harus mulai membangun kecerdasan sosial sejak dini. Anak harus mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar mereka, menjalin hubungan emosional dan juga mendapatkan nutrisi yang seimbang.
Mengapa kemampuan sosial sangat penting? menurut Psikolog dan Direktur Personal Growth, Counseling & Development Centre, Jakarta, Ratih Ibrahim mengatakan, bila anak tidak dapat mencatat kompetensi sosial minimal usia enam tahun, maka sebagian besar anak-anak akan mengalami masalah saat dewasa dalam bidang tertentu.
“Hasil berbagai penelitian yang dilakukan dalam rentang waktu tahun 1990-2000 menunjukkan bahwa adaptasi sosial dan emosional anak jangka panjang, perkembangan akademik dan kognitifnya, dan kehidupannya,” paparnya belum lama ini.
Berbagai hasil studi tersebut menunjukkan betapa pentingnya perkembangan sosio-emosional anak saat mereka masih
dalam tahap pertumbuhan. Kemampuan sosial akan makin berkembang bila mereka ikut berpartisipasi aktif, bukan hanya mengamati dan merasakan pengaruh orang dewasa di sekitarnya.
“Jangan lupa bahwa orangtua merupakan role-model, dan anak dapat belajar untuk meniru sikap orang tua tersebut dengan lingkungan sosialnya. Mari para orangtua di Indonesia, kita bersama-sama mewujudkan dan mencetak anak yang life-ready di masa depannya, agar mereka mampu menjalani segala tantangan dunia,” jelasnya

Jenius dan Gangguan Jiwa Tidak Jauh Berbeda

Banyak tokoh dunia yang dikenal dengan kejeniusannya, namun justru mengalami gangguan kejiwaan. Kondisi semacam ini membuat banyak orang mengira bahwa jenius dan sakit jiwa tidak jauh berbeda. Sebuah penelitian baru menemukan bahwa kedua hal tersebut memang terkait.
Dasar pemikiran hubungan antara kejeniusan dengan kegilaan telah banyak menarik perhatian banyak orang sejak lama. Fakta tersebut muncul dari banyaknya tokoh jenius seperti, Isaac Newton, Ludwig van Beethoven, Edgar Allan Poe, dan John Nash, yang mengalami gangguan kejiwaan.
Hasil penelitian baru yang menyebutkan hubungan keduanya, telah dibahas dalam sebuah acara 5th annual World Science Festival pada 31 Mei di New York, Amerika Serikat.
Salah satu panelis acara tersebut adalah Kay Redfield Jamison, psikolog klinis dan profesor dari Johns Hopkins University School of Medicine. Ia mengatakan, temuan ini mendukung bahwa banyak orang jenius yang justru mengalami siksaan psikis. Kreativitas bagi mereka terkait dengan gangguan suasana hati atau bipolar.
Sebuah penelitian lain yang diterbitkan tahun 2010 di Swedia pada 700.000 orang usia 16 tahun. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kecerdasan peserta dan menindaklanjuti apakah 10 tahun berikutnya ada kemungkinan mengalami penyakit mental.
“Mereka menemukan bahwa orang yang unggul saat mereka berusia 16 tahun empat kali lebih mungkin untuk terus mengembangkan gangguan bipolar,” ungkap Jamison, seperti dilansir Livescience
Gangguan bipolar merupakan merupakan perubahan suasana hati yang ekstrem, terdiri dari episode kebahagiaan (mania) dan depresi. Kemudian bagaimana siklus ini dapat menciptakan kreativitas?
“Orang-orang dengan bipolar cenderung menjadi kreatif ketika mereka keluar dari depresi berat. Ketika suasana hati membaik, kegiatan otaknya pun bergeser. Aktivitas mati di bagian bawah otak yang disebut lobus frontal dan menyala di bagian yang lebih tinggi dari lobus,” jelas James Fallon, neurobiologis dari University of California-Irvine, yang ikut menjadi panelis.
Fallon menambahkan, hebatnya, pergeseran yang sama juga terjadi saat kreativitas terjadi dengan sangat tinggi pada otak manusia.
“Ada hubungan antar sirkuit yang terjadi antara bipolar dan kreativitas,” jelas Fallon.
Namun, tidak selamanya dorongan kreativitas muncul saat setelah depresi muncul. Kondisi gangguan kejiwaan juga dapat melemahkan atau bahkan mengancam hidup seseorang.

Menggambar, Stimulasi Perkembangan Otak Anak

Bila Anda memiliki anak yang aktif menggambar dan mewarnai, maka Anda perlu bersyukur. Kegiatan tersebut sangat membantu untuk perkembangan otak anak. Hal ini disampaikan oleh Harlina Hamid, S.Psi, M.Si, M.Psi, Psikolog, Ketua Jurusan Psikologi Universitas Negeri Makassar (UNM).
“Mewarnai dan menggambar membantu menjalankan fungsi berpikir si anak melalui ide-ide yang dituangkannya. Ini dapat mengasah otak halus dan kasar. Terutama bermanfaat untuk perkembangan otak halusnya,” terangnya
Ia menyarankan, kebiasaan untuk menggambar dan mewarnai perlu dikenal sejak usia dini. Menurutnya, usia satu tahun adalah usia yang tepat untuk mengenalkan alat menggambar seperti pensil, walaupun hanya sebatas memegang. Bila usia anak telah mencapai dua tahun, orang tua bisa mulai mengajarkan untuk menggambar dan mewarnai, walaupun hanya corat-coret.
Ibu dua putra ini mengatakan, berbagai macam warna juga bagus untuk dikenalkan sejak dini. “Warna-warni itu sebagai penyeimbang otak mereka. Justru bagus dikenalkan semuanya. Begitu juga dengan obyek gambar terserah dengan keinginan anak,” jelasnya.
Walaupun demikian, Harlina Hamid juga menyarankan untuk mengenalkan benda atau objek sekitar pada anak. “Bisa gambar burung atau bunga yang biasa dilihat si anak. Namun, lebih bagusnya biarkan anak berpikir bebas atau out of the box yang diluar kebiasaan.”
Sementara itu, manfaat kegiatan ini menurut Guru Besar Bidang Psikologi UNM, Prof Dr Muhammad Jufri, S.Psi, M.Si adalah melatih motorik kasarnya menjadi motorik halus. “Selain itu, melatih imajinasi anak misalnya pada tema-tema tertentu ketika dia menggambar,” paparnya.
Ia mengingatkan, orang tua perlu untuk tetap mengapresiasi setiap hasil karya yang dibuat anak, apapun bentuknya

Punya Cita-Cita Baik untuk Perkembangan Anak

Siapa yang berani mengungkapkan apa cita-cita yang akan dicapai, diakui baik bagi berkembangan psikis seseorang, terutama bagianak-anak.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Dr Winarini Wilman, Psi, Dosen dan Psikolog Universitas Indonesia, saat peresmian program Froogy Edutography, di Floating Castle, Bumi Serpong Damai, Tangerang (20/5).
Winarini mengatakan, orang tua perlu untuk mengajak anak mereka berani bermimpi. Cita-cita sangat penting bagi lanjutan perkembangan anak dan membangun rasa percaya diri yang kuat.
“Kalaupun apa yang dicapai tidak sesuai dengan mimpi, itu masih lebih bagus daripada tidak punya mimpi sama sekali,” ujar Winarini.
Sebagai ketua tim penyusun program Froogy, Winarini menyebutkan, terdapat 12 tahap yang harus dijalani anak saat mengikuti Froogy Edutography, dan 12 pertemuan dalam satu bulan.
Ia menambahkan, setiap tahapan tidak hanya harus dihadiri oleh anak, namun orang tua juga ikut serta. Peran orang tua di sini adalah mendukung terwujudnya cita-cita anak.
Froogy Edutography ini, menurut Winarini, dibagi menjadi tiga macam kategori, yaitu untuk usia 7-8 tahun, 9-10 tahun, dan 11-12 tahun.
“Ukuran usia dipisah dalam tiga kategori karena penyampaiannya nanti akan berbeda. Misal penyampaian untuk anak 7 tahun pasti berbeda untuk anak usia 12 tahun yang sudah lebih mengerti,” jelasnya

Paedagogi vs andragogi

yak tadi kami , yang terdiri dari saya sendiri, galih mataro (11-111) dan irvine ( 11-088 )
membuat semacam ilustrasi buat bedain paedagogi dan andragogi.
kurang lebih begini lah ilustrasi yang kami buat

Paedagogi


Galih yang sedang berjalan di jalan di tepi jalan dengan sengaja membuang sampah , irvine yang melihat hal ini pun gak tinggal diam, irvine pun menasihati dan mengajari galih, kalau sebenernya buang sampah itu gadak baik nya loh, selain dapat ngerusak pemandangan, membuat polusi juga bisa menjadi sumber penyakit.


Sabtu, 09 Juni 2012

Tugas Mini Proyek


Tugas Mini Proyek Psikologi Pendidikan 2011/2012


Topik : Dinamika mengajar pada pengajar yang bukan profesional
Judul  : Masih muda jadi guru? Bukan halangan!


I.         PERENCANAAN

       1.1 Pendahuluan
Kami membahas topik ini karena kami tertarik untuk mengetahui dinamika mengajar pada pengajar yang bukan profesional, dan kami melihat bahwa ternyata ada ketertarikan orang-orang muda untuk menjadi seorang guru, ataupun membuat profesi guru sebagai batu loncatan dalam meningkatkan kemampuan dirinya. Jika kita bandingkan dengan keadaan orang-orang muda sekarang yang mayoritas terlalu menyia-nyiakan masa mudanya dengan hal-hal negatif, sangat membanggakan sekali melihat masih ada juga segelintir orang-orang muda yang memanfaatkan masa mudanya sebagai ajang untuk meningkatkan kemampuan dirinya. Seperti yang kita tahu, guru merupakan pekerjaan yang mulia, tetapi tidak setiap orang meinginkan ataupun bercita-cita menjadi seorang guru. Berdasarkan dua orang narasumber yang kami wawancarai, kami melihat bahwa masih ada semangat dan rasa rendah hati untuk menjadi seorang guru. Walaupun terkadang disepelekan karena usia yang masih muda, tetapi tidak melunturkan rasa kepercayaan diri mereka. Penyampaian materi, bahkan pembagian waktu mengajar dan kuliah pun sebisanya diatasi dengan sebaik-baiknya dengan metode-metode belajar yang harus mereka cari supaya pembelajaran bisa berjalan efektif, dan agar ilmu dapat tersalurkan kepada murid dan target yang diinginkan dapat tercapai.


       1.2 Landasan Teori
Landasan teori yang kami gunakan dalam meneliti mini proyek ini adalah:
1. Teori Motivasi Untuk Meraih Sesuatu
Di dalam teori ini, terdapat dua pembagian motivasi, yaitu Motivasi Ekstrinsik dan Motivasi Intrinsik. Dimana motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang, sedangkan motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang itu. Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menjelaskan motivasi apa yang mendorong sekaligus membedakan antara para guru tua (berpengalaman) dengan guru muda (baru merintis).
2. Teori tentang Metode Mengajar
Ada beberapa metode mangajar yang digunakan para guru, garis besarnya yaitu
* Metode Ceramah
* Metode Diskusi
* Metode Tanya-Jawab
* Metode Demonstrasi
* Metode Resitasi, dll
Teori tentang metode pengajaran ini digunakan oleh peneliti untuk menjelaskan penggunaan metode antara para guru tua (berpengalaman) dengan guru muda (baru merintis), dan dimana letak kenyamanan penggunaan metode antar guru tersebut.
3. Teori Perencanaan dan Instruksi Pelajaran
Terdapat dua jenis teori perencanaan dan pelajaran, yaitu
1. Teacher-Centered
Di dalam pendekatan teori ini, perencanaan dan instruksi disusun dengan ketat dan guru mengarahkan pembelajaran murid. Tiga alat umum yang berguna dalam perencanaan ini, yaitu menciptakan sasaran behavioral (perilaku), menganalisis tugas, dan menyusun taksonomi (klasifikasi) instruksional.
2. Learner-Centered
Instruksi dan perencanaannya terletak pada siswa, bukan guru Prinsip ini menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif. Jadi di dalam pendekatan ini, murid yang lebih banyak aktif daripada guru. Murid berusaha mencari sendiri bahan tambahan materi pelajaran.
4. Teori tentang Cara Mengajar yang Efektif
Karena mengajar adalah hal yang kompleks dan karena murid-murid itu bervariasi, maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua hal (Diaz, 1997). Ada beberapa hal yang dapat menggambarkan gambaran tentang cara mengajar yang baik, yaitu
1. Pengetahuan dan Keahlian Profesional
Aspek ini lebih kepada penguasaan materi pelajaran dan keahlian atau keterampilan mengajar yang baik.
a. Penguasaan materi pelajaran
b. Strategi pengajaran
c. Penetapan tujuan dan keahlian perencanaan instruksional
d. Keahlian manajemen kelas
e. Keahlian memotivasi
f. Keahlian komunikasi
g. Bekerja secara efektif pada murid yang multicultural
h. Keahlian teknologi
2. Komitmen dan Motivasi
Aspek ini mencakup sikap yang baik dan perhatian kepada murid

1.3  Alat dan Bahan
     a. Recorder
     b. Kamera
     c. Daftar Pertanyaan
     d. Laptop
     e. Buku & alat tulis

1.4  Analisis Data: Metode Wawancara
Kami memilih untuk menggunakan metode wawancara untuk mengumpulkan informasi pada tugas mini proyek ini. Pertanyaan yang kami ajukan berupa data diri, motivasi menjadi pengajar, serta kendala dan solusi yang digunakan saat mengajar. Setelah itu kami memeriksa jawaban dan membuat kesimpulan yang didapat dari jawaban atas pertanyaan dari kedua subjek yang kami teliti dan menghubungjan apakah masing-masing subjek kami sesuai dengan landasan teori yang telah kami pilih untuk penelitian ini.

1.5  Objek Penelitian
1.Nama                : Vilya Sutanto
Usia                     : 18 Tahun
Jenis Kelamin       : Perempuan
Pendidikan           : SMA
Pekerjaan             : Mahasiswi

2.Nama                : Clara Clearesta
Usia                     : 18
Jenis Kelamin       : Perempuan
Pendidikan           : SMA
Pekerjaan             : Mahasiswi

1.6  Jadwal Pelaksanaan

Kegiatan
April
Mei
Juni
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
Pemilihan Topik
Penentuan Judul
Mendiskusikan landasan teori & subjek
Pembuatan pendahuluan dan landasan teori
 
Penyusunan Pertanyaan
 
Pelaksanaan wawancara
Membuat kesimpulan dari hasil wawancara
 
Pembuatan Poster
Pelaksanaan evaluasi
Mengumpulkan testimoni anggota kelompok
 
Posting tugas mini proyek di blog
 


1.7  Kalkulasi Biaya
Reward (2 subjek) : Rp 28.000
Snack                    : Rp 12.000
-------------------------------- +
Total                        Rp 40.000

II.      PELAKSANAAN
Pada pelaksanaan tugas mini proyek ini ada 3 tahapan yang harus dilaksanakan,yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap laporan dan evaluasi.
Pertama, yaitu tahap perancanaan, pada tanggal 11 April 2012, sebelumnya kami memang sudah memutuskan bahwa setiap anggota kelompok bisa mengusulkan topik mana yang akan dipilih, dan setelah berdiskusi akhirnya kami memilih untuk memakai topik “Dinamika mengajar pada pengajar yang bukan profesional (boleh pada pengajar privat les, guru les atau berperan sebagai guru namun tidak memiliki ijasah guru)”, kemudian kami menentukan judul apa yang kira-kira cocok dengan topik ini pada hari yang sama juga. Kemudian pada hari Sabtu, 21 April baru kami bisa berdiskusi untuk menentukan landasan teori dan subjek yang kami pilih. Kemudian kami melakukan pembuatan pendahuluan, landasan teori, metode yang akan dipakai, dan susunan pertanyaan selama 2 minggu pertama pada bulan Mei.
            Nah, memasuki minggu ketiga pada bulan Mei, kami pun melakukan pelaksanaaan tugas mini proyek, yaitu wawancara pada kedua subjek yang berlangsung pada hari Selasa, 15 Mei 2012. Pada hari itu juga kami langsung membuat kesimpulan dari hasil wawancara dan menyusunnya dari file yang direkam ke bentuk microsoft word. Kemudian pada minggu selanjutnya lah kami memulai untuk mengerjakan draft poster untuk mini proyek ini.
            Memasuki tahap yang terakhir yaitu tahap laporan dan evaluasi, kami berdiskusi tentang draft poster yang sudah setengah jadi dibuat, serta mengevaluasi hasil pekerjaan dan laporan kami. Pada tahap ini memang sempat agak lama karena semua anggota kelompok saling sibuk dengna tugas kuliah dan berada pada kelompok yang berbeda pula. Setelah itu baru pada tanggal 8 Juni lah kami menyelesaikannya, membuat kesimpulan dan mengumpulkan testimoni, serta menyelesaikan pembuatan poster dari anggota kelompok dan pada tanggal 9 Juni kami mempostingnya di blog masing-masing.
           
III.   LAPORAN DAN EVALUASI
3.1  Laporan
            Berikut adalah hasil wawancara kami dari kedua subjek:
Hasil wawancara secara penuh dapat dilhat dengan mengklik judul.*)

Dapat kita lihat dari hasil wawancara Clara, bahwa pada awalnya motivasi dia menjadi guru privat hanyalah untuk mengisi waktu luang semata, dan tentu saja sebagai guru muda non profesional pasti juga memiliki kendala dalam mengajar selayaknya seorang guru pada umumnya, dan kendala yang dihadapi Clara adalah soal waktu dan tugas-tugas kuliah yang membuatnya kurang bisa maksimal dalam mengajar. Dan untuk mengatasi hal tersebut dia pun melakukan manajemen waktu, dan soal teaching strategies yang Clara lakukan lebih pada kenyamanan sang murid belajar dengan membuat suasana tidak kaku dan membuat posisinya sebagai teman yang bisa membuat sang murid lebih nyaman belajar karena orang yang mengajarnya termasuk orang yang bisa dekat dengannya. Dan Clara menggunakkan teori pembelajaran Learner-Centered supaya cara mengajarnya lebih efektif.

            Jika Clara menjadi seorang guru untuk mencari waktu luang, Vilya memiliki alasan yang berbeda, yaitu untuk mencari pengalaman dan menambah penghasilan. Dan kendala yang dihadapi Vilya lebih beragam (karena usia siswa yang diajarkan memang masih kecil) dan menganggap Vilya sebagai teman karena postur tubuhnya dan usia yang dianggap siswanya masih dianggap teman. Dalam mengajar, Vilya juga membuat suasana kelas yang santai dan nyaman, yaitu bermain sambil belajar, murid-murid dipaksa aktif sehingga mereka lebih bersemangat dalam belajar. Tetapi jika ada murid yang mengalami masalah atau terlalu aktif mereka pun harus bisa mengatasinya.

            Dari hasil wawancara di atas dapat kita lihat bahwa awalnya motivasi mereka untuk menjadi seorang guru privat adalah untuk mencari pengalaman dan menambah penghasilan, juga sebuah kegiatan yang dicari sekedar untuk mencari waktu luang, dan hal ini merupakan motivasi intrinsik. Dimana motivasi tersebut datang dari diri mereka sendiri dan bukan dorongan dari luar. Kami juga melihat bahwa metode yang mereka ajarkan pun diusahakan yang dapat membuat murid-murid merasa nyaman dengan mereka walaupun mereka merupakan guru muda.



3.2  Evaluasi
            Pada tahap perencanaan kami memang masih melakukannya dengan baik dan sesuai jadwal sampai pada tahap mendiskusikan landasan teori dan subjek, tetapi pada saat ingin lanjut ke tahap pembuatan, kami sempat stagnan pada tahap perencanaan karena semua anggota kelompok berhalangan dengan tugas kuliah lain, sehingga kami mengerjakannya seminggu sekali itupun dengan kurun waktu yang singkat sehingga kami cukup lama dalam mengerjakan mini proyek ini. Pada saat pelaksanaan wawancara untungnya cukup berjalan lancar, dan kedua subjek yang kami wawancarai pun menjawab pertanyaan kami dengan baik. Kemudian walaupun dengan waktu yang tinggal sedikit untunglah kami bisa menyelesaikan baik tugas mini proyek ini beserta posternya dengan tepat waktu.


Poster (click for enlarge)


Testimoni Kelompok

- M. Rizki Nugroho
Saya tertarik ketika diberi tugas begini, karena saya emang suka sama yang unik-unik dan hal yang baru. Waktu ngerjain nya pun saya sangat semangat, karena ini pengalaman pertama saya. Saya juga senang karena tugas ini bisa selesai tepat waktu , karena jujur , kami ngerjain tugas ini dengan sangat santai dan tanpa beban.


- Rifany Saragih

Awalnya saya sempat agak stres karena banyaknya tugas lain, ditambah juga tugas mini proyek Psikologi Pendidikan ini. Tetapi saat kami memulai mini proyek ini, ternyata tidak sesulit yang saya bayangkan. Apalagi saat wawancara, saya merasa kagum dengan dua orang narasumber kami, karena masih muda saja sudah bekerja. Kalau kesulitan yang dihadapi, untuk menentukan waktu mengerjakan mini proyek ini. Sehingga di sela kesempatan yang sedikit pun, mini proyek ini kami kerjakan sedikit demi sedikit.

- Priscilla D R S
Jujur saya mengira tugas mini proyek ini susah, tetapi setelah berdiskusi dengan teman satu kelompok saya ternyata mudah juga mengerjakannya, meskipun saat menentukan topik dan setelah topik siap ditentukan pun saya masih bingung mengerjakannya, dan saat mengerjakan mini proyek ini kelompok kami memang sempat keteteran karena jadwal presentasi tugas kuliah kami masing-masing berbeda jadi kami kurang banyak berdiskusi. Sehingga kami lebih sering berdiskusi melalui jejaring sosial.

Dokumentasi 
- Foto-foto


Daftar Pustaka
Santrock, John W. 2004. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua,University of Texas at Dallas. Jakarta : Kencana, 2011

Minggu, 03 Juni 2012

Pedagogi

Jumat kemarin, jujur saya kaget ngeliat banyak orang yang keluar dari kelas psikologi pendidikan . ada yang dikeluarin karena gak bawa ktm ada juga yang keluar karena belum belajar materi perkuliahan saat itu, yaitu tentang pedagogi .

saya sendiri termasuk orang yang yang dikeluarkan,  dan saya orang yang berdiri di awal ketika di suruh keluar, bukan karena saya malas, tapi saya percaya setiap perbuatan memiliki konsekuensi, dan saya yang tidak belajar sebelum nya, harus sadar akan tempat saya.
saya juga senang ngeliat ada dosen yang perduli dengan persiapan mahasiswa nya untuk kuliah .

dampak penampilan pengajar dengan antusiasme mahasiswa

tertarik, kata pertama yang terlintas di kepala saya begitu disuruh buat survey untuk mata kuliah psikologi pendidikan.
belum lagi survey dalam bentuk online.
kapan lagi men bisa belajar begini ?

"kira-kira survey yang bagaimana ya yang agak unik tapi gak lari dari tema ?" pertanyaan yang berusaha saya jawab agar dapat memulai survey ini.

dan akhir nya muncul lah


"Dampak penampilan pengajar terhadap antusiasme belajar mahasiswa"

Dalam menunaikan tugas psikologi pendidikan yang meminta pengambil mata kuliah tersebut untuk membuat sebuah survey, saya memutuskan untuk men-survey tentang penampilan pengajar dapat berpengaruh terhadap antusiasme siswa/mahasiswa. Survey ini dilakukan untuk melihat bagaimana dan sejauh mana penampilan seorang pengajar berpengaruh  terhadap antusiasme dan ketertarikan seorang mahasiswa dalam melakukan proses belajar .

salam sayang

M.RIZKI.NUGROHO