Muhamad Rizki Nugroho (11-062)
Eka Sartika (12-007)
Riza Indri (12-011)
Nisya Aspasa (12-093)
A. teori
Teori-teori yang kami kaitkan dengan proses pengajaran kami terhadap anak-anak didik adalah teori paedagogi, teori Piaget tentang tahapan perkembangan anak usia 2-7 tahun yaitu tahapan pra-operasional dan berhitung. Berikut adalah penguraian dari teori-teori tersebut.
1. Paedagogi
Paedagogi berasal dari bahasa Inggris yaitu Paedagogy, serta dari bahasa Yunani yaitu Paedagogeo yang seacara literal dapat dartikan sebagai memimpin anak. Adapun Paedagogik merupakan ilmu ataupun seni dalam mendidik anak-anak yang dilakukan oleh orang dewasa yang bertanggung jawab (Kesuma, 2008) . Bentuk tanggung jawab disini adalah sejauh mana upaya-upaya atau strategi-strategi yang dilakukan pengajar dalam proses mengajarkan ilmu-ilmu serta pandangan-pandangan tertentu. Pengajaran dapat menjadi efektif dalam sudut pandang paedagogi jika pengajar dapat berinteraksi dengan latar belakang pengetahuan ataupun pengalaman siswa serta situasi-situasi-situasi personal.
Selama proses pengajaran yang kami lakukan, kami selalu berusaha untuk berinteraksi dan memahami anak-anak didik kami, seperti bertanya dimana rumahnya, cita-citanya apa, hobinya apa, dan lain sebagainya. Hasil yang kami dapati dengan hal-hal yang sederhana seperti itu ternyata cukup berpengaruh terhadap jalanya proses pengajaran, kami jadi mengerti bagaimana pendekatan dan cara bersikap terhadap masing-masing anak sehingga apa yang kami beritahu dapat diterima mereka tanpa blocking tertentu dari anak.
2. Tahapan Pra-operasional
Piaget (dalam Lahey, 2012) mengatakan bahwa anak-anak yang berusia 2-7 tahun berada dalam tahapan pra-operasional. Tahapan ini merupakan tahapan dimana anak-anak sudah dapat bepikir secara simbolik, walaupun sedikit berbeda dengan pemikiran orang dewasa. Pemikiran simbolik ditandai dengan munculnya sistem-sitem lambang atau simbol, seperti warna, bahasa ataupun bentuk. Pemikiran Simbolik ini juga merupakan sesuatu yang penting karena merupakan kemampuan anak untuk menggambarkan atau membayangkan sesuatu objek.
Selama proses pengajaran kami, kami menghubungkan apa yang akan kami ajarkan dengan simbol-simbol atau bentuk-bentuk tertentu. Hal ini kami lakukan karena selain untuk merangsang pemikiran simbolik mereka tapi juga untuk menciptakan suasanya belajar yang lebih asyik dan tidak membosankan.
3. Berhitung
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berhitung diartikan sebagai melikakukan kegiatan hitung seperti menjumlah, mengurangi dan lain sebagainya. Berhitung juga merupakan aktivitas yang penting dan ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang menjadi alasan kami memilih berhitung untuk diangkat sebagai bahan atau meteri yang akan kami ajarkan kepada anak-anak didik. Hal ini juga didukung oleh orang tua anak didik yang mengatakan kalau berhitung sangat penting namun pemahaman anak-anak didik masih kurang.
B. Konsep
Konsep yang kami terapkan dalam pengerjaan tugas ini adalah konsep bermain sambil belajar. Konsep ini kami terapkan dengan mempertimbangkan 2 hal, yaitu :
1. Usia
Usia anak-anak yang akan kami didik berkisar antara rentang isi . Rentang usia tersebut merupakan masa-masa dimana anak senang bermain-main, namun jika bermain asal bermain manfaatnya tidak akan didapat, sehingga tepat rasanya jika dikombinasikan dengan proses belajar
2. Penciptaan suasana yang baik
Ketika anak-anak didik nyaman dengan kondisi seperti ini maka proses belajar dan ilmu-ilmu yang diberikan menjadi lebih mudah diserap oleh anak didik.
Adapun yang penerapan dari konsep ini dalam proses pengajaran kami adalah melakukan proses belajar-mengajar berhitung di sertai dengan media-media seperti kertas origami warna-warni yang dibentuk-bentuk dan ditambah dengan cerita-cerita yang menarik untuk didengar oleh anak-anak didik.
C. Proses yang terjadi selama pelaksanaan
Pada hari Senin, 11 Mei 2015 kelompok mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan hasil pelaksanaan pembelajaran pedagogi yang telah dilakukan. Presentasi dibuka oleh Muhammad Rizki Nugroho sebagai moderator. Selanjutnya Riza Indri Sri Metami Barus menjelaskan tentang pendahuluan dan landasan teori mengenai pembelajaran pedagogi yang kelompok lakukan. Kemudian presentasi dilanjutkan oleh Eka Sartika yang membahas tentang penjelasan konsep pembelajaran pedagogi yang dilakukan, serta subjek, lokasi kegiatan, waktu pelaksanaan, dan durasi kegiatan yang dilakukan. Selain itu, Eka Sartika juga menjelaskan tentang rencana kegiatan, media yang digunakan selama kegiatan, dan rincian biaya yang dikeluarkan selama kegiatan. Setelah itu presentasi dilanjutkan oleh Nisya Aspasia. P yang menjelaskan tentang peran masing masing anggota selama pelaksanaan kegiatan, proses pelaksanaan kegiataan yang terjadi selama 3 hari, dan hasil yang didapatkan dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Kemudian presentasi dikembalikan ke Muhammad Rizki Nugroho yang menanyakan kepada audiens apakah ada pertanyaan mau kritik dan saran atas presentasi tugas yang telah kelompok lakukan. Pertanyaan dari audiens diawali oleh Risya yang menanyakan bagian anak anak licik. Risya menanyakan apakah hal tersebut bagus atau tidak. Tanggapan dari audiens selanjutnya datang dari Reza yang memberikan saran agar kelompok memaksimalkan media dalam bentuk visual. Selanjutnya Sinta menanyakan mengenai evaluasi kelompok, yaitu apakah target yang ingin dilakukan sudah tercapai atau belum. Kemudian kelompok berdiskusi sebentar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari audiens. Muhammad Rizki Nugroho bertugas menjawab pertanyaan dari audiens setelah berdiskusi. Lalu, ada pertanyaan tambahan dari Yuha yang menanggapi tentang jawaban kelompok atas pertanyaan Risya. Yuha menanyakan mengapa kelompok mengikuti perilaku anak tersebut. Muhammad Rizki Nugroho menjelaskan apa yang terjadi di lapangan. Setelah menjawab pertanyaan dari audiens, Ibu Dina menanyakan dinamika proses pelaksanaan pembelajaran yang terjadi. Terdapat ketidaksesuaian antara apa yang kelompok posting di blog dengan apa yang dipresentasikan di kelas. Hal ini merupakan salah satu kekurangan kelompok. Setelah menerima feedback dari Ibu Dina dan audiens, presentasi kelompok ditutup oleh Muhammad Rizki Nugroho dengan mengucapkan terima kasih.
Tantangan
· Audiovisual
Kurangnya media audiovisual yang ditampilkan pada saat presetasi. Keterbatasan ini menyebabkan audiens kurang bisa memahami apa yang pengajar lakukan di lapangan.
· Waktu
Waktu yang diperlukan untuk mendiskusikan konsep pembelajaran dan pelaksaaan pembelajaran yang matang terbatas karena kesibukan masing-masing anggota kelompok sehingga kelompok sulit untuk berkumpul tatap muka.
· Anak didik
Tantangan lainnya adalah kesulitan dalam mencari anak didik untuk diajarkan sesuai dengan konsep pembelajaran yang telah dibuat. Selain itu, mengajar lebih dari satu anak dengan karakteristik mereka masing-masing yang berbeda satu sama lain merupakan salah satu tantangan bagi pendidik pemula seperti yang kelompok lakukan.
E. Kendala Yang Dihadapi
· Waktu
Waktu yang digunakan kelompok untuk presentasi di kelas terlalu singkat di bandingkan isi laporan dari kelompok sehingga kelompok sedikit terburu-buru untuk presesntasinya.
Sementara yang di lapangan sendiri tidak mengalami kendala waktu.
· Alat Dan Bahan
Untuk alat dan bahan sendiri kelompok tidak mengalami hambatan dikarenakan sebelum hari pertama mengajar kelompok sudah mempersiapkan semua alat kebutuhannya
· Proses Pelaksanaan
Awalnya Kurang perhatian anak-anak dikarenakan mereka melihat masing-masing gadget dari anggota kelompok dan fokus akan gadget tersebut, tapi lama kelamaan kelompok sudah bisa menarik perhatian anak-anak tersebut kembali lalu mulai bisa mengajari mereka namun untuk pengambilan dokumentasi sendiri kelompok merasa terbatas karena anak-anak tersebut ketika melihat gadget mereka ingin bermain jadi dokumentasi sendiri kami lakukan secara diam-diam.
· Performa
Kelompok mengakui adanya kekurangan dalam dokumentasi sehingga peralatan dan media visual yang di sediakan kelompok untuk mengajar anak-anak tidak terlihat dalam presentasi yang di lakukan di dalam kelas.
F. Kritik Dan Saran
· Risya menanyakan pertanyaan Bagian anak anak licik. Bagus atau tidak ?
Dimana kelompok menjawab itu merupakan perilaku yang tidak baik dan kelompok sendiri sudah memberikan nasehat kepada anak agar tidak mengulangi perbuatannya dan sudah menjelaskan bahwa perbuatan itu adalah perbuatan yang tidak baik, dan anak pun sudah faham akan kesalahannya.
· Yuha -> Mengapa kelompok mengikuti perilaku anak ?
Seperti sudah di jelaskan bahwa kelompok bukan mengikutinya tapi kelompok kehilangan perhatian dalam hal tersebut di karenakan kelompok tidak mengetahui bahwa anak tersebut sudah melakukan perbuatan itu, namun setelah mengetahuinya pertanyaan tersebut kami batalkan lalu kami ganti dengan pertanyaan lain.
· Reza -> Saran : media dalam bentuk visual
Sebenarnya media itu ada saat proses belajar mengajar namun tidak terlalu bisa kami ekspose di karenakan kendala dalam proses dokumentasi seperti apa yang sudah kami jelaskan saat presentasi
· Sinta -> Evaluasi : target apakah tercapai ?
Target kami sudah tercapai itu kami lihat dari antusias anak dalam sesi Tanya jawab dan ketika kami memberikan pertanyaan anak-anak tersebut berlomba untuk menjawab dan mengambil media visual yang tersedia untuk menjawab pertanyaannnya.
G. Pembagian Tugas :
Pembagian Tugas:
1. Muhammad Rizki Nugroho, bertugas sebagai moderator dan menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh teman-teman sekalian.
2. Riza Indri Sri Metami Barus , mempersentasikan teori-teori yang kami gunakan kepada anak didik selama proses pembelajaran pegagogi itu berlangsung.
3. Eka Sartika, mempersentasikan tentang biaya yang kami keluarkan selama mengajar anak didik tersebut.
4. Nisya aspasia, mempersentasikan tentang peran para anggota selama mengajar dan hasil dari proses mengajar tersebut.
H. Transaksi dan dana:
Origami : Rp 10.000,-
Buku Tulis : Rp 2.250,- (8 x Rp. 2.250,-) = Rp. 18.000,-
Alat Tulis : Rp. 1.500,- ( 8x Rp. 1.500,-) = Rp. 12.000,-
Jumlah : Rp 40.000,-
Hari pertama (23 April 2015)
· Sample : 4 orang anak
· Ongkos : Rp. 4000/ orang
· Reward : Rp 4000/anak (Biskuit + Susu)
Jumlah : Rp 16.000
Hari kedua (24 April 2015)
· Sample : 8 orang anak
· Ongkos : Rp. 4000/ orang
· Reward :Rp 2000/anak (Biskuit + Roti )Muhammad Rizki Nugroho (11-062)Eka Sartika (12-007)Riza Indri Sri Metami Barus (12-011)Nisya Aspasia (12-093) Muhammad Rizki Nugroho (11-062)
Jumlah : Rp 16.000
Hari ketiga (26 April 2015)
· Sample : 8 orang anak
· Ongkos : Rp. 4000/ orang
· Reward :Rp 2000/anak (Roti + Permen)
Jumlah : Rp 16.000
TOTAL : Rp 48.000
Total Keseluruhan Rp 48.000 + Rp 40.000,- = Rp 88.000,-
BY 11-062
Minggu, 17 Mei 2015
Minggu, 26 April 2015
Tugas lapangan Paedagogi
Kelompok 2 Pedagogi
Muhammad Rizki Nugroho (11-062)
Eka Sartika (12-007)
Riza Indri Sri Metami Barus (12-011)
Nisya Aspasia. P (12-093)
PERENCANAAN & HASIL PEMBELAJARAN PEDAGOGI
Program pembelajaran : Berhitung sambil bermain.
Pendahuluan :
Anak merupakan anugerah terindah bagi setiap keluarga. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan berbagai petensi yang khas dan unik. Potensi yang dimiliki anak perlu dikembangkan supaya anak meraih keberhasilam dalam hidupnya. Peran pendidik (orang tua, guru dan orang dewasa) sangat penting dalam mendukung perkembangan potensi anak, upaya perkembangan tersebut dilakukan melalui bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.
Pada masa anak-anak bermain merupakan dasar bagi perkembangan karena bermain itu merupakan dasar bagi perkembangan dan sumber energi bagi perkembangan mereka. Bermain merupakan bagian dari perkembangan suatu ekspresi dari personalitas perkembangan mereka. Bermain merupakan bagian dari perkembangan anak, sense of self, kapasitas sosial dan fisik. Pada saat yang sama, melalui bermain anak-anak mengarahkan energi mereka untuk melakukan aktivitas yang mereka pilih. Tugas orang tua dan pendidik untuk memperhatikan sifat-sifat yang menjadi dasar kecerdasan anak agar bertahan sampai tumbuh dewasa, dengan memberikan faktor lingkungan dan stimulasi yang baik untuk merangsang dan mengoptimalkan fungsi otak anak dan kecerdasan otak anak.
Pada dasarnya setiap anak dianugerahi kemampuan logika matematika Gardner dalam Musfiroh (2005:53) mendefinisikan kecerdasan matematika logis sebagai kemampuan penalaran ilmiah. Perhitungan secara matematika berfikir logis, penalaran induktif, deduktif dan ketajaman pola-pola abstrak serta hubungan dapat juga berfungsi sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan matematika sebagai solusinya. Menurut Masitoh (2007: 18) pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan dengan pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memilih kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Usia ini secara stimologi disebut sebagai usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada usia ini mengalami peningkatan dari 50% sampai 80%. Menurut Musfiroh Tadkirotun (2005: 23) anak usia 5-6 tahun sedang dalam taraf perkembangan fase praoperasional. Anak belajar lebih baik melalui benda-benda nyata. Mengerjakan angka 1,2,3 akan lebih baik jika berkoresponden dengan benda-benda, misalnya : satu dengan satu bentuk origami (angka yang di bentuk dengan origami) dan seterusnya.
Anak usia 3-4 tahun pun dapat menciptakan apapun yang dia inginkan melalui benda-benda di sekitarnya. Namun demikian, tidak seperti perkembangan bahasa, pertumbuhan berhitung yang mulai berkembang ini sering tidak diperhatikan oleh orang tua dan pengasuh. Ini terjadi karena adanya pemahaman yang telah meluas bahwa berhitung matematika adalah ilmu yang hanya biasa dipelajari di sekolah dan jika kita tidak menulis angka-angka, kita tidak sedang mengerjakan matematika. Pemahaman untuk berhitung juga berhubungan dengan pengetahuan terhadap strategi dalam menghitung yang berkaitan dengan menjumlah dan mengurangi. Pengembangan kemampuan dasar berhitung dapat dilakukan dengan membiasakan anak berinteraksi dengan situasi yang berkaitan dengan menghitung, seperti menanyakan dan menghitung kehadiran anak di sekolah dan memberi tugas anak menata meja dengan satu piring, satu gelas, dan satu sendok makan dan sering memberi permainan yang mengandung giliran. Sesuai dengan karakteristik matematika, maka balajar matematika lebih cenderung termasuk ke dalam kemampuan kognitif yang proses dan hasilnya tidak dapat dilihat langsung dalam konteks perubahaan tingkah laku. Di TK sampai saat ini pengenalan konsep matematika masih berkisar pengenalan angka, bentuk geometri, berhitung atau membilang dan mengoprasikan bilangan yang terkadang kegiatan tersebut belum dimengerti anak karena tidak menggunakan media atau alat permainan yang menarik. Salah satu kegiatan pembelajaran di TK yang dapat mengembangkan kemampuan berhitung anak yaitu melalui permainan kreatifitas dan dalam bentuk warna-warna seperti origami sejauh ini kemampuan berhitung anak didik masih kurang baik, seperti anak kurang memperhatikan guru saat memberikan instruksi sehingga anak tidak mampu menyelesaikan perintah guru. Anak masih sering lupa dalam pengenalan berhitung. Hal tersebut diatas disebabkan karena :
· Kurangnya minat anak dalam kegiatan pembelajaran karena kurang tersedianya media/alat peraga untuk pembelajaran berhitung,
· Kurangnya kemampuan anak didik dalam mengenal angka mengembangkan imajinasi, seperti anak sering lupa dengan urutan bilangan dan yang ketiga kurangnya pengetahuan tentang berhitung anak didik dalam mengerjakan tugas dari guru dikarenakan banyak anak didik yang kurang mengerti dan memahami penjelasan dari guru.
Berdasarkan keadaan tersebut, sebagai calon pendidik, kami orang dewasa yang bertanggung jawab dalam hal ini berkonsep Pedagogi merasa perihatin jika hal-hal tersebut dibiarkan terus menerus yang berdampak pada anak kurang mampu mengekspresikan diri dan berkreasi sesuai dengan imajinasi mereka. Sehingga kami akan mencoba mengadakan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas. Dengan menggunakan media yang tersedia di lingkungan sekitar akan mempermudah anak didik untuk belajar berhitung.
Landasan Teori : Berhitung.
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi untuk dapat berpikir. Perkembangan kognitif adalah gabungan dari kedewasaan otak dan sistem saraf, serta adaptasi dengan lingkungan. Semua anak memiliki pola perkembangan kognitif yang sama melalui empat tahapan Piaget (Slamet Suyanto, 2005:53), yaitu :
· Sensorimotor (0-2 tahun), pada tahap ini anak lebih banyak menggunakan gerak refleks dan inderanya untuk berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya. Anak pada tahap ini peka dan suka terhadap sentuhan yang diberikan dari lingkungannya. Pada akhir tahap sensorimotor anak sudah dapat menunjukan tingkah laku intelegensinya dalam aktivitas motorik sebagai reaksi dari stimulus sensoris.
· Praoperasional (2-7 tahun), pada tahap ini anak mulai menunjukan proses berpikir yang lebih jelas di bandingkan tahap sebelumnya, anak mulai mengenali simbol termasuk bahasa dan gambar
· Konkret operasional (7-11 tahun), pada tahapan ini anak sudah mampu memecahkan persoalan sederhana yang bersifat konkrit, anak sudah mampu berpikir berkebalikan atau berpikir dua arah, misal 3 + 4 = 7 anak telah mampu berfikir jika 7 - 4 = 3 atau 7 - 3 = 4, hal ini menunjukan bahwa anak sudah mampu berpikir berkebalikan.
· Formal operasional (11 tahun ke atas), pada tahap ini anak sudah mampu berpikir secara abstrak, mampu membuat analogi, dan mampu mengevaluasi cara berpikirnya.
Berdasarkan hal tersebut tampak bahwa perkembangan anak bersifat kontinyu dari tahap ke tahap dan tidak terputus. Pada tiap anak berbeda-beda dalam mencapai suatu tahapan, terkadang batas antara tahap satu dengan tahap lainnya tidak begitu terlihat.
Anak usia TK berada pada tahap praoperasional (2-7 tahun). Istilah praoperasional menunjukan pada pengertian belum matangnya cara kerja pikiran. Pemikiran pada tahap ini masih kacau dan belum terorganisasi dengan baik (Santrock, 2002:251). Pada tahap usia ini sifat egosentris pada anak semakin nyata.
Adapun ciri-ciri berpikir pada tahap praoperasional Rita Eka Izzaty, dkk, (2008:88), diantaranya:
· Anak mulai menguasai fungsi simbolis, anak telah mampu bermain pura-pura dan kemampuan berbahasanya semakin sistematis.
· Anak suka melakukan peniruan (imitasi) dengan apa yang dilihatnya. Peniruan ini dilakukan secara langsung maupun tertunda, yang dimaksud peniruan yang tertunda adalah anak tidak langsung meniru tingkah laku orang yang dilihatnya melainkan ada rentang waktu beberapa saat baru menirukan.
· Cara berpikir anak yang egosentris, dimana anak belum mampu untuk membedakan sudut pandang seseorang dengan sudut pandang orang lain. Anak masih menonjolkan "aku" dalam setiap keadaan.
· Cara berpikir anak yang centralized, yaitu cara berpikir anak masih terpusat pada satu dimensi saja. Contoh, seorang anak dihadapkan pada dua gelas yang diisi air berbeda, yang satu air putih dan yang satu air teh dengan volume yang sama antara air putih dan air teh sehingga terlihat sejajar atau sama banyak, jika anak ditanya apakah air putih dan air teh sama banyak? Anak akan menjawab "ya", kemudian anak diminta menuang air putih tersebut ke dalam gelas yang lain yang ukurannya lebih lebar sehingga jika dituang air putih terlihat lebih sedikit. Anak ditanya lebih banyak yang mana antara air putih dan air teh? anak akan menjawab lebih banyak air teh daripada air putih karena air teh lebih tinggi dari air putih. Dalam hal ini anak tidak memikirkan lebar gelas yang digunakan tetapi hanya memperhatikan tinggi air jika disejajarkan. Cara berfikir yang seperti ini dikatakan belum menguasai gejala konservasi.
· Berpikir tidak dapat dibalik, operasi logis anak belum dapat dibalik. Pada tahap ini anak belum dapat berpikir berkebalikan (reversibel) atau berpikir dua arah, contoh anak memahami jika 4 + 2 = 6, namun anak belum dapat memahami jika 6 - 2 = 4 atau 6 - 4 = 2 (Slamet Suyanto, 2005:65)
· Berpikir terarah statis, anak belum dapat berpikir tentang proses terjadinya sesuatu.
Penjelasan : Kami ingin memberikan pelajaran dengan konsep belajar sambil bermain yang dikhususkan untuk belajar berhitung dengan metode menggunakan alat bantu seperti kertas warna-warni yang akan dibentuk menjadi angka-angka sehingga anak-anak akan lebih tertarik untuk belajar
Subjek : 8 orang anak yang memiliki rentang usia 4-6 tahun
Lokasi : Jl. Dr. Mansyur Gang Sipirok
Waktu :
· Kamis, 23 April 2015
· Jumat, 24 April 2015
· Sabtu, 25 April 2015
Durasi Kegiatan : 60 menit untuk setiap pertemuan
Rencana Kegiatan :
Kamis, 23 April 2015 {pertemuaan 1}
· Perkenalan
· Belajar berhitung
· Tanya jawab tentang berhitung
· Games
· Doa dan Penutup
Jumat, 24 April 2015 {pertemuaan 2}
· Ice breaking
· Belajar berhitung
· Tanya jawab tentang berhitung
· Games
· Doa dan Penutup / Sayonara
Sabtu, 25 April 2015 {pertemuaan 3}
· Opening
· Belajar berhitung
· Ice Breaking
· Tanya jawab tentang berhitung
· Games
· Penutupan
Media :
· Alat tulis
· HP/ Tab
· Buku tulis
· Origami
Perincian Biaya
Origami : Rp 10.000,-
Buku Tulis : Rp 2.250,- (8 x Rp. 2.250,-) = Rp. 18.000,-
Alat Tulis : Rp. 1.500,- ( 8x Rp. 1.500,-) = Rp. 12.000,-
Jumlah : Rp 40.000,-
Hari pertama (23 April 2015)
· Sample : 4 orang anak
· Ongkos : -
· Reward : Rp 4000/anak (Biskuit + Susu)
Jumlah : Rp 16.000
Hari kedua (24 April 2015)
· Sample : 8 orang anak
· Ongkos :
· Reward :Rp 2000/anak (Biskuit + Roti )
Jumlah : Rp 16.000
Hari ketiga (25 April 2015)
· Sample : 8 orang anak
· Ongkos : -
· Reward :Rp 2000/anak (Roti + Permen)
Jumlah : Rp 16.000
TOTAL : Rp 48.000
Total Keseluruhan Rp 48.000 + Rp 40.000,- = Rp 88.000,-
Peran / Tugas Anggota :
Kamis, 23 April 2015
· Pembukaan & Perkenalan : Seluruh anggota kelompok
· Pengajar : Riza Indri Sri Metami Barus
· Games : Muhammad Rizki Nugroho & Nisya Aspasia
· Dokumentasi : Eka Sartika
· Penutup : Seluruh anggota kelompok
Jumat, 24 April 2015
· Pembukaan / Ice breaking : Seluruh anggota kelompok.
· Pengajar : Nisya Aspasia
· Games : Riza Indri Sri Metami Barus & Eka Sartika
· Dokumentasi : Muhammad Rizki Nugroho
· Penutup : Seluruh anggota kelompok
Sabtu, 04 April 2015
· Pembukaan / Ice Breaking : seluruh anggota kelompok
· Pengajar : Muhammad Rizki Nugroho
· Games : Nisya Aspasia & Eka Sartika
· Dokumentasi : Riza Indri Sri Metami Barus
· Penutup : Seluruh anggota kelompok
Pelaksanaan :
Pada hari Kamis, 23 April 2015 pukul 14.35 kelompok sampai di lokasi. Hal pertama yang kami lakukan adalah menemui orang tua dan anak didik. Setelah itu, kami langsung berkenalan dengan para anak-anak. Saat itu anak-anak yang berada disana hanya dua orang, berbeda dengan permintaan kami di awal yang seharusnya 3 orang. Menurut salah satu orang tua anak didik, hal ini mungkin disebabkan anak-anak yang lain masih pada tidur. Dua anak ini bernama Imam dan Rizi. Keduanya berusia rentang 5-6 tahun. Awalnya sangat sulit bagi kami untuk berkenalan dengan kedua anak ini, mereka masih malu-malu untuk berbicara bahkan untuk memperkenalkan diri. Melihat hal ini, kami sedikit berimprovisasi dalam perkenalan. Berdasarkan hal itu, kami mencoba membuat mengajak mereka untuk memperkenalkan diri satu per satu. Perkenalan ini berisikan nama, usia dan hobi mereka. Mereka menyusunkan kata-kata "nama saya adalah ….." , "usia saya …. tahun", "Hobi saya …..". Tidak lama setelah hal ini berlangsung, datanglah 2 anak lagi, mereka adalah Adelia dan Boloni. Kami melakukan hal yang serupa dengan mereka dan melanjutkan phrobing pada dua anak yang sebelumnya. Hal ini sangat berhasil, mereka yang awalnya malu untuk berbicara namun setelah beberapa saat pendekatan mereka mulai terbiasa berbicara dan dekat dengan kami.
Pukul 15.10, setelah suasana mencair, kami baru mulai mengajarkan materi hitung yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Anak-anak sangat antusias dengan materi yang diberikan. Ditambah lagi dengan sudah mulai terbentuknya kepercayaan antara pendidik dan terdidik. Namun di pertengahan waktu saat peralihan dari materi ke sesi game terjadi kericuhan. Hal in terjadi karena anak-anak disana ketika mendengar kata games memiliki persepsi bahwa mereka akan memainkan gadget. Sehingga kami harus menjelaskan bahwa bukan itu yang kami maksud. Anak-anak disana memang terlihat sangat tertarik dengan gadget, hal ini dapat dilihat dari tingkah mereka setelah suasana mencair, jika melihat salah satu dari kami memegang gadget untuk dokumentasi akan langsung menghampiri dan menarik-narik. Hal ini menyebakan kami sulit untuk melakukan dokumentasi pada saat itu.
Games yang kami buat adalah mengkombinasikan antara berhitung dan mengenal warna dengan media origami yang berwarna-warni dan dibentuk menjadi angka-angka. Pertama-tama, pertanyaan mengenai penjumlahan yang telah kami buat kami berikan kepada anak didik. Semua anak didik berkesempatan untuk menjawab dengan cara tunjuk tangan. Lalu anak didik yang paling cepat menunjukkan tangannya, dia lah yang berhak untuk menjawab. Anak didik menjawab dengan memilih angka-angka yang telah dibentuk dari origami. Setelah menjawab, anak didik diminta untuk menyebutkan warna dari angka yang telah diambilnya. Anak didik yang menjawab pertanyaan dengan benar, kami berikan reward.
Pukul 15.45 kami bersiap pulang. Kelas diakhiri dengan membaca doa.
Pada pertemuan kedua yaitu hari Jumat, 24 April 2015 pukul 14.00, kami sampai di lokasi belajar. Di sana kami menemukan 4 orang anak lain lagi selain 4 anak didik yang telah kami ajarkan pada hari sebelumnya, sehingga menjadi 8 orang. Rentang usia mereka antara 5-6 tahun. Awalnya kami kebingungan, namun akhirnya kami memutuskan untuk mengajari mereka semua. Materi berhitung yang kami diajarkan di hari kedua adalah pengurangan. Setelah selesai memberikan materi, kami mengajak mereka untuk bernyanyi bersama karena suasana sedikit ricuh dan anak didik tidak fokus pada pengajar.
Setelah bernyanyi bersama, kami bermain games. Games yang kami buat di hari kedua adalah mengkombinasikan antara pengurangan dengan penjumlahan. Cara dan media sama dengan hari sebelumnya. Pada games di pertemuan kedua ini lebih terasa suasana kompetisi di antara anak-anak didik karena jumlah mereka lebih banyak dibandingkan hari pertama. Anak didik yang menjawab pertanyaan dengan benar, kami berikan reward.
Pukul 15.30 kelas diakhiri dengan membaca doa. Lalu kami bersiap pulang.
Di pertemuan ketiga yaitu pada hari Sabtu, 25 April 2015 pukul 14.00, kami sampai di lokasi belajar. Di sana kami telah ditunggu dengan anak-anak didik. Di hari terakhir ini kami sepakat untuk mengevaluasi dengan mengulangi materi-materi yang telah kami berikan dihari sebelumnya dengan cara lebih banyak bermain games berhitung yang kalau anak didik yang menjawab pertanyaan dengan benar, kami berikan reward. Kebetulan sekali pada hari itu salah satu anggota kami ada yang berulangtahun sehingga anak didik satu per satu menyanyikan sebuah lagu untuk anggota kami yang berulangtahun. Setelah itu kami membuat penutupan kepada peserta didik dengan senyampainkan terimakasih dan pesan-pesan kami kepada mereka.
Pukul 15.40 kelas diakhiri dengan membaca doa. Lalu kami bersiap pulang.
Hasil :
Tujuan kami melakukan kegiatan ini adalah memberikan pendidikan berhitung dengan konsep belajar sambil bermain dengan menggunakan alat bantu seperti kertas warna-warni yang akan dibentuk menjadi angka-angka sehingga anak-anak akan lebih tertarik untuk belajar berhitung. Awalnya memang sulit karena anak-anak didik terlihat tidak menyenangi pelajaran berhitung dan perhatian mereka cepat beralih ke hal lain selama proses belajar. Mungkin dikarenakan anak-anak didik merasa kesulitan atau karena selama ini metode yang diberikan tidak menarik bagi mereka. Setelah kami melakukan kegiatan ini selama 2 hari, di hari ke-tiga antusias dan perhatian anak-anak didik semakin meningkat terhadap materi yang kami ajarkan. Anak -anak didik menjadi lebih percaya diri dengan kemampuan yang mereka miliki. Proses belajar mengajar pun berlangsung dengan menyenangkan bagi anak-anak didik sehingga mereka memahami materi yang kami sampaikan. Hal ini menunjukkan kami sebagai pendidik berhasil membuat suasana belajar yang menyenangkan. Anak-anak didik tidak hanya mampu mampu mengerjakan soal hitungan, tetapi mereka juga menjadi lebih berani dan percaya diri.
Muhammad Rizki Nugroho (11-062)
Eka Sartika (12-007)
Riza Indri Sri Metami Barus (12-011)
Nisya Aspasia. P (12-093)
PERENCANAAN & HASIL PEMBELAJARAN PEDAGOGI
Program pembelajaran : Berhitung sambil bermain.
Pendahuluan :
Anak merupakan anugerah terindah bagi setiap keluarga. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan berbagai petensi yang khas dan unik. Potensi yang dimiliki anak perlu dikembangkan supaya anak meraih keberhasilam dalam hidupnya. Peran pendidik (orang tua, guru dan orang dewasa) sangat penting dalam mendukung perkembangan potensi anak, upaya perkembangan tersebut dilakukan melalui bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.
Pada masa anak-anak bermain merupakan dasar bagi perkembangan karena bermain itu merupakan dasar bagi perkembangan dan sumber energi bagi perkembangan mereka. Bermain merupakan bagian dari perkembangan suatu ekspresi dari personalitas perkembangan mereka. Bermain merupakan bagian dari perkembangan anak, sense of self, kapasitas sosial dan fisik. Pada saat yang sama, melalui bermain anak-anak mengarahkan energi mereka untuk melakukan aktivitas yang mereka pilih. Tugas orang tua dan pendidik untuk memperhatikan sifat-sifat yang menjadi dasar kecerdasan anak agar bertahan sampai tumbuh dewasa, dengan memberikan faktor lingkungan dan stimulasi yang baik untuk merangsang dan mengoptimalkan fungsi otak anak dan kecerdasan otak anak.
Pada dasarnya setiap anak dianugerahi kemampuan logika matematika Gardner dalam Musfiroh (2005:53) mendefinisikan kecerdasan matematika logis sebagai kemampuan penalaran ilmiah. Perhitungan secara matematika berfikir logis, penalaran induktif, deduktif dan ketajaman pola-pola abstrak serta hubungan dapat juga berfungsi sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan matematika sebagai solusinya. Menurut Masitoh (2007: 18) pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan dengan pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memilih kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Usia ini secara stimologi disebut sebagai usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada usia ini mengalami peningkatan dari 50% sampai 80%. Menurut Musfiroh Tadkirotun (2005: 23) anak usia 5-6 tahun sedang dalam taraf perkembangan fase praoperasional. Anak belajar lebih baik melalui benda-benda nyata. Mengerjakan angka 1,2,3 akan lebih baik jika berkoresponden dengan benda-benda, misalnya : satu dengan satu bentuk origami (angka yang di bentuk dengan origami) dan seterusnya.
Anak usia 3-4 tahun pun dapat menciptakan apapun yang dia inginkan melalui benda-benda di sekitarnya. Namun demikian, tidak seperti perkembangan bahasa, pertumbuhan berhitung yang mulai berkembang ini sering tidak diperhatikan oleh orang tua dan pengasuh. Ini terjadi karena adanya pemahaman yang telah meluas bahwa berhitung matematika adalah ilmu yang hanya biasa dipelajari di sekolah dan jika kita tidak menulis angka-angka, kita tidak sedang mengerjakan matematika. Pemahaman untuk berhitung juga berhubungan dengan pengetahuan terhadap strategi dalam menghitung yang berkaitan dengan menjumlah dan mengurangi. Pengembangan kemampuan dasar berhitung dapat dilakukan dengan membiasakan anak berinteraksi dengan situasi yang berkaitan dengan menghitung, seperti menanyakan dan menghitung kehadiran anak di sekolah dan memberi tugas anak menata meja dengan satu piring, satu gelas, dan satu sendok makan dan sering memberi permainan yang mengandung giliran. Sesuai dengan karakteristik matematika, maka balajar matematika lebih cenderung termasuk ke dalam kemampuan kognitif yang proses dan hasilnya tidak dapat dilihat langsung dalam konteks perubahaan tingkah laku. Di TK sampai saat ini pengenalan konsep matematika masih berkisar pengenalan angka, bentuk geometri, berhitung atau membilang dan mengoprasikan bilangan yang terkadang kegiatan tersebut belum dimengerti anak karena tidak menggunakan media atau alat permainan yang menarik. Salah satu kegiatan pembelajaran di TK yang dapat mengembangkan kemampuan berhitung anak yaitu melalui permainan kreatifitas dan dalam bentuk warna-warna seperti origami sejauh ini kemampuan berhitung anak didik masih kurang baik, seperti anak kurang memperhatikan guru saat memberikan instruksi sehingga anak tidak mampu menyelesaikan perintah guru. Anak masih sering lupa dalam pengenalan berhitung. Hal tersebut diatas disebabkan karena :
· Kurangnya minat anak dalam kegiatan pembelajaran karena kurang tersedianya media/alat peraga untuk pembelajaran berhitung,
· Kurangnya kemampuan anak didik dalam mengenal angka mengembangkan imajinasi, seperti anak sering lupa dengan urutan bilangan dan yang ketiga kurangnya pengetahuan tentang berhitung anak didik dalam mengerjakan tugas dari guru dikarenakan banyak anak didik yang kurang mengerti dan memahami penjelasan dari guru.
Berdasarkan keadaan tersebut, sebagai calon pendidik, kami orang dewasa yang bertanggung jawab dalam hal ini berkonsep Pedagogi merasa perihatin jika hal-hal tersebut dibiarkan terus menerus yang berdampak pada anak kurang mampu mengekspresikan diri dan berkreasi sesuai dengan imajinasi mereka. Sehingga kami akan mencoba mengadakan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas. Dengan menggunakan media yang tersedia di lingkungan sekitar akan mempermudah anak didik untuk belajar berhitung.
Landasan Teori : Berhitung.
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi untuk dapat berpikir. Perkembangan kognitif adalah gabungan dari kedewasaan otak dan sistem saraf, serta adaptasi dengan lingkungan. Semua anak memiliki pola perkembangan kognitif yang sama melalui empat tahapan Piaget (Slamet Suyanto, 2005:53), yaitu :
· Sensorimotor (0-2 tahun), pada tahap ini anak lebih banyak menggunakan gerak refleks dan inderanya untuk berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya. Anak pada tahap ini peka dan suka terhadap sentuhan yang diberikan dari lingkungannya. Pada akhir tahap sensorimotor anak sudah dapat menunjukan tingkah laku intelegensinya dalam aktivitas motorik sebagai reaksi dari stimulus sensoris.
· Praoperasional (2-7 tahun), pada tahap ini anak mulai menunjukan proses berpikir yang lebih jelas di bandingkan tahap sebelumnya, anak mulai mengenali simbol termasuk bahasa dan gambar
· Konkret operasional (7-11 tahun), pada tahapan ini anak sudah mampu memecahkan persoalan sederhana yang bersifat konkrit, anak sudah mampu berpikir berkebalikan atau berpikir dua arah, misal 3 + 4 = 7 anak telah mampu berfikir jika 7 - 4 = 3 atau 7 - 3 = 4, hal ini menunjukan bahwa anak sudah mampu berpikir berkebalikan.
· Formal operasional (11 tahun ke atas), pada tahap ini anak sudah mampu berpikir secara abstrak, mampu membuat analogi, dan mampu mengevaluasi cara berpikirnya.
Berdasarkan hal tersebut tampak bahwa perkembangan anak bersifat kontinyu dari tahap ke tahap dan tidak terputus. Pada tiap anak berbeda-beda dalam mencapai suatu tahapan, terkadang batas antara tahap satu dengan tahap lainnya tidak begitu terlihat.
Anak usia TK berada pada tahap praoperasional (2-7 tahun). Istilah praoperasional menunjukan pada pengertian belum matangnya cara kerja pikiran. Pemikiran pada tahap ini masih kacau dan belum terorganisasi dengan baik (Santrock, 2002:251). Pada tahap usia ini sifat egosentris pada anak semakin nyata.
Adapun ciri-ciri berpikir pada tahap praoperasional Rita Eka Izzaty, dkk, (2008:88), diantaranya:
· Anak mulai menguasai fungsi simbolis, anak telah mampu bermain pura-pura dan kemampuan berbahasanya semakin sistematis.
· Anak suka melakukan peniruan (imitasi) dengan apa yang dilihatnya. Peniruan ini dilakukan secara langsung maupun tertunda, yang dimaksud peniruan yang tertunda adalah anak tidak langsung meniru tingkah laku orang yang dilihatnya melainkan ada rentang waktu beberapa saat baru menirukan.
· Cara berpikir anak yang egosentris, dimana anak belum mampu untuk membedakan sudut pandang seseorang dengan sudut pandang orang lain. Anak masih menonjolkan "aku" dalam setiap keadaan.
· Cara berpikir anak yang centralized, yaitu cara berpikir anak masih terpusat pada satu dimensi saja. Contoh, seorang anak dihadapkan pada dua gelas yang diisi air berbeda, yang satu air putih dan yang satu air teh dengan volume yang sama antara air putih dan air teh sehingga terlihat sejajar atau sama banyak, jika anak ditanya apakah air putih dan air teh sama banyak? Anak akan menjawab "ya", kemudian anak diminta menuang air putih tersebut ke dalam gelas yang lain yang ukurannya lebih lebar sehingga jika dituang air putih terlihat lebih sedikit. Anak ditanya lebih banyak yang mana antara air putih dan air teh? anak akan menjawab lebih banyak air teh daripada air putih karena air teh lebih tinggi dari air putih. Dalam hal ini anak tidak memikirkan lebar gelas yang digunakan tetapi hanya memperhatikan tinggi air jika disejajarkan. Cara berfikir yang seperti ini dikatakan belum menguasai gejala konservasi.
· Berpikir tidak dapat dibalik, operasi logis anak belum dapat dibalik. Pada tahap ini anak belum dapat berpikir berkebalikan (reversibel) atau berpikir dua arah, contoh anak memahami jika 4 + 2 = 6, namun anak belum dapat memahami jika 6 - 2 = 4 atau 6 - 4 = 2 (Slamet Suyanto, 2005:65)
· Berpikir terarah statis, anak belum dapat berpikir tentang proses terjadinya sesuatu.
Penjelasan : Kami ingin memberikan pelajaran dengan konsep belajar sambil bermain yang dikhususkan untuk belajar berhitung dengan metode menggunakan alat bantu seperti kertas warna-warni yang akan dibentuk menjadi angka-angka sehingga anak-anak akan lebih tertarik untuk belajar
Subjek : 8 orang anak yang memiliki rentang usia 4-6 tahun
Lokasi : Jl. Dr. Mansyur Gang Sipirok
Waktu :
· Kamis, 23 April 2015
· Jumat, 24 April 2015
· Sabtu, 25 April 2015
Durasi Kegiatan : 60 menit untuk setiap pertemuan
Rencana Kegiatan :
Kamis, 23 April 2015 {pertemuaan 1}
· Perkenalan
· Belajar berhitung
· Tanya jawab tentang berhitung
· Games
· Doa dan Penutup
Jumat, 24 April 2015 {pertemuaan 2}
· Ice breaking
· Belajar berhitung
· Tanya jawab tentang berhitung
· Games
· Doa dan Penutup / Sayonara
Sabtu, 25 April 2015 {pertemuaan 3}
· Opening
· Belajar berhitung
· Ice Breaking
· Tanya jawab tentang berhitung
· Games
· Penutupan
Media :
· Alat tulis
· HP/ Tab
· Buku tulis
· Origami
Perincian Biaya
Origami : Rp 10.000,-
Buku Tulis : Rp 2.250,- (8 x Rp. 2.250,-) = Rp. 18.000,-
Alat Tulis : Rp. 1.500,- ( 8x Rp. 1.500,-) = Rp. 12.000,-
Jumlah : Rp 40.000,-
Hari pertama (23 April 2015)
· Sample : 4 orang anak
· Ongkos : -
· Reward : Rp 4000/anak (Biskuit + Susu)
Jumlah : Rp 16.000
Hari kedua (24 April 2015)
· Sample : 8 orang anak
· Ongkos :
· Reward :Rp 2000/anak (Biskuit + Roti )
Jumlah : Rp 16.000
Hari ketiga (25 April 2015)
· Sample : 8 orang anak
· Ongkos : -
· Reward :Rp 2000/anak (Roti + Permen)
Jumlah : Rp 16.000
TOTAL : Rp 48.000
Total Keseluruhan Rp 48.000 + Rp 40.000,- = Rp 88.000,-
Peran / Tugas Anggota :
Kamis, 23 April 2015
· Pembukaan & Perkenalan : Seluruh anggota kelompok
· Pengajar : Riza Indri Sri Metami Barus
· Games : Muhammad Rizki Nugroho & Nisya Aspasia
· Dokumentasi : Eka Sartika
· Penutup : Seluruh anggota kelompok
Jumat, 24 April 2015
· Pembukaan / Ice breaking : Seluruh anggota kelompok.
· Pengajar : Nisya Aspasia
· Games : Riza Indri Sri Metami Barus & Eka Sartika
· Dokumentasi : Muhammad Rizki Nugroho
· Penutup : Seluruh anggota kelompok
Sabtu, 04 April 2015
· Pembukaan / Ice Breaking : seluruh anggota kelompok
· Pengajar : Muhammad Rizki Nugroho
· Games : Nisya Aspasia & Eka Sartika
· Dokumentasi : Riza Indri Sri Metami Barus
· Penutup : Seluruh anggota kelompok
Pelaksanaan :
Pada hari Kamis, 23 April 2015 pukul 14.35 kelompok sampai di lokasi. Hal pertama yang kami lakukan adalah menemui orang tua dan anak didik. Setelah itu, kami langsung berkenalan dengan para anak-anak. Saat itu anak-anak yang berada disana hanya dua orang, berbeda dengan permintaan kami di awal yang seharusnya 3 orang. Menurut salah satu orang tua anak didik, hal ini mungkin disebabkan anak-anak yang lain masih pada tidur. Dua anak ini bernama Imam dan Rizi. Keduanya berusia rentang 5-6 tahun. Awalnya sangat sulit bagi kami untuk berkenalan dengan kedua anak ini, mereka masih malu-malu untuk berbicara bahkan untuk memperkenalkan diri. Melihat hal ini, kami sedikit berimprovisasi dalam perkenalan. Berdasarkan hal itu, kami mencoba membuat mengajak mereka untuk memperkenalkan diri satu per satu. Perkenalan ini berisikan nama, usia dan hobi mereka. Mereka menyusunkan kata-kata "nama saya adalah ….." , "usia saya …. tahun", "Hobi saya …..". Tidak lama setelah hal ini berlangsung, datanglah 2 anak lagi, mereka adalah Adelia dan Boloni. Kami melakukan hal yang serupa dengan mereka dan melanjutkan phrobing pada dua anak yang sebelumnya. Hal ini sangat berhasil, mereka yang awalnya malu untuk berbicara namun setelah beberapa saat pendekatan mereka mulai terbiasa berbicara dan dekat dengan kami.
Pukul 15.10, setelah suasana mencair, kami baru mulai mengajarkan materi hitung yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Anak-anak sangat antusias dengan materi yang diberikan. Ditambah lagi dengan sudah mulai terbentuknya kepercayaan antara pendidik dan terdidik. Namun di pertengahan waktu saat peralihan dari materi ke sesi game terjadi kericuhan. Hal in terjadi karena anak-anak disana ketika mendengar kata games memiliki persepsi bahwa mereka akan memainkan gadget. Sehingga kami harus menjelaskan bahwa bukan itu yang kami maksud. Anak-anak disana memang terlihat sangat tertarik dengan gadget, hal ini dapat dilihat dari tingkah mereka setelah suasana mencair, jika melihat salah satu dari kami memegang gadget untuk dokumentasi akan langsung menghampiri dan menarik-narik. Hal ini menyebakan kami sulit untuk melakukan dokumentasi pada saat itu.
Games yang kami buat adalah mengkombinasikan antara berhitung dan mengenal warna dengan media origami yang berwarna-warni dan dibentuk menjadi angka-angka. Pertama-tama, pertanyaan mengenai penjumlahan yang telah kami buat kami berikan kepada anak didik. Semua anak didik berkesempatan untuk menjawab dengan cara tunjuk tangan. Lalu anak didik yang paling cepat menunjukkan tangannya, dia lah yang berhak untuk menjawab. Anak didik menjawab dengan memilih angka-angka yang telah dibentuk dari origami. Setelah menjawab, anak didik diminta untuk menyebutkan warna dari angka yang telah diambilnya. Anak didik yang menjawab pertanyaan dengan benar, kami berikan reward.
Pukul 15.45 kami bersiap pulang. Kelas diakhiri dengan membaca doa.
Pada pertemuan kedua yaitu hari Jumat, 24 April 2015 pukul 14.00, kami sampai di lokasi belajar. Di sana kami menemukan 4 orang anak lain lagi selain 4 anak didik yang telah kami ajarkan pada hari sebelumnya, sehingga menjadi 8 orang. Rentang usia mereka antara 5-6 tahun. Awalnya kami kebingungan, namun akhirnya kami memutuskan untuk mengajari mereka semua. Materi berhitung yang kami diajarkan di hari kedua adalah pengurangan. Setelah selesai memberikan materi, kami mengajak mereka untuk bernyanyi bersama karena suasana sedikit ricuh dan anak didik tidak fokus pada pengajar.
Setelah bernyanyi bersama, kami bermain games. Games yang kami buat di hari kedua adalah mengkombinasikan antara pengurangan dengan penjumlahan. Cara dan media sama dengan hari sebelumnya. Pada games di pertemuan kedua ini lebih terasa suasana kompetisi di antara anak-anak didik karena jumlah mereka lebih banyak dibandingkan hari pertama. Anak didik yang menjawab pertanyaan dengan benar, kami berikan reward.
Pukul 15.30 kelas diakhiri dengan membaca doa. Lalu kami bersiap pulang.
Di pertemuan ketiga yaitu pada hari Sabtu, 25 April 2015 pukul 14.00, kami sampai di lokasi belajar. Di sana kami telah ditunggu dengan anak-anak didik. Di hari terakhir ini kami sepakat untuk mengevaluasi dengan mengulangi materi-materi yang telah kami berikan dihari sebelumnya dengan cara lebih banyak bermain games berhitung yang kalau anak didik yang menjawab pertanyaan dengan benar, kami berikan reward. Kebetulan sekali pada hari itu salah satu anggota kami ada yang berulangtahun sehingga anak didik satu per satu menyanyikan sebuah lagu untuk anggota kami yang berulangtahun. Setelah itu kami membuat penutupan kepada peserta didik dengan senyampainkan terimakasih dan pesan-pesan kami kepada mereka.
Pukul 15.40 kelas diakhiri dengan membaca doa. Lalu kami bersiap pulang.
Hasil :
Tujuan kami melakukan kegiatan ini adalah memberikan pendidikan berhitung dengan konsep belajar sambil bermain dengan menggunakan alat bantu seperti kertas warna-warni yang akan dibentuk menjadi angka-angka sehingga anak-anak akan lebih tertarik untuk belajar berhitung. Awalnya memang sulit karena anak-anak didik terlihat tidak menyenangi pelajaran berhitung dan perhatian mereka cepat beralih ke hal lain selama proses belajar. Mungkin dikarenakan anak-anak didik merasa kesulitan atau karena selama ini metode yang diberikan tidak menarik bagi mereka. Setelah kami melakukan kegiatan ini selama 2 hari, di hari ke-tiga antusias dan perhatian anak-anak didik semakin meningkat terhadap materi yang kami ajarkan. Anak -anak didik menjadi lebih percaya diri dengan kemampuan yang mereka miliki. Proses belajar mengajar pun berlangsung dengan menyenangkan bagi anak-anak didik sehingga mereka memahami materi yang kami sampaikan. Hal ini menunjukkan kami sebagai pendidik berhasil membuat suasana belajar yang menyenangkan. Anak-anak didik tidak hanya mampu mampu mengerjakan soal hitungan, tetapi mereka juga menjadi lebih berani dan percaya diri.
Jumat, 10 April 2015
Konsep Pembelajaran Kel 2 Pedagogi
Muhammad
Rizki Nugroho (11-062)
Eka Sartika (12-007)
Riza
Indri Sri Metami Barus (12-011)
Nisya Aspasia. P (12-093)
PERENCANAAN
- Program
pembelajaran : Berhitung
sambil bermain.
- Landasan Teori:
Berhitung.
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran
anak berkembang dan berfungsi untuk dapat berpikir. Perkembangan kognitif
adalah gabungan dari kedewasaan otak dan sistem saraf, serta adaptasi dengan
lingkungan. Semua anak memiliki pola perkembangan kognitif yang sama melalui
empat tahapan Piaget (Slamet Suyanto, 2005:53), yaitu:
a. Sensorimotor (0-2 tahun), pada tahap ini anak lebih
banyak menggunakan gerak refleks dan inderanya untuk berinteraksi dengan
lingkungan disekitarnya. Anak pada tahap ini peka dan suka terhadap sentuhan
yang diberikan dari lingkungannya. Pada akhir tahap sensorimotor anak sudah
dapat menunjukan tingkah laku intelegensinya dalam aktivitas motorik sebagai
reaksi dari stimulus sensoris.
b. Praoperasional (2-7 tahun), pada tahap ini anak mulai
menunjukan proses berpikir yang lebih jelas di bandingkan tahap sebelumnya,
anak mulai mengenali simbol termasuk bahasa dan gambar
c. Konkret operasional (7-11 tahun), pada tahapan ini
anak sudah mampu memecahkan persoalan sederhana yang bersifat konkrit, anak
sudah mampu berpikir berkebalikan atau berpikir dua arah, misal 3 + 4 = 7 anak
telah mampu berfikir jika 7 – 4 = 3 atau 7 – 3 = 4, hal ini menunjukan bahwa
anak sudah mampu berpikir berkebalikan.
d. Formal operasional (11 tahun ke atas), pada tahap ini
anak sudah mampu berpikir secara abstrak, mampu membuat analogi, dan mampu
mengevaluasi cara berpikirnya.
Berdasarkan hal tersebut tampak bahwa perkembangan anak
bersifat kontinyu dari tahap ke tahap dan tidak terputus. Pada tiap anak
berbeda-beda dalam mencapai suatu tahapan, terkadang batas antara tahap satu
dengan tahap lainnya tidak begitu terlihat.
Anak usia TK berada pada tahap praoperasional (2-7
tahun). Istilah praoperasional menunjukan pada pengertian belum matangnya cara
kerja pikiran. Pemikiran pada tahap ini masih kacau dan belum terorganisasi
dengan baik (Santrock, 2002:251). Pada tahap usia ini sifat egosentris pada
anak semakin nyata.
Adapun ciri-ciri berpikir pada tahap praoperasional Rita
Eka Izzaty, dkk, (2008:88), diantaranya:
a. Anak mulai menguasai fungsi simbolis, anak telah mampu
bermain pura-pura dan kemampuan berbahasanya semakin sistematis.
b. Anak suka melakukan peniruan (imitasi) dengan apa yang
dilihatnya. Peniruan ini dilakukan secara langsung maupun tertunda, yang
dimaksud peniruan yang tertunda adalah anak tidak langsung meniru tingkah laku
orang yang dilihatnya melainkan ada rentang waktu beberapa saat baru menirukan.
c. Cara berpikir anak yang egosentris, dimana anak belum
mampu untuk membedakan sudut pandang seseorang dengan sudut pandang orang lain.
Anak masih menonjolkan “aku” dalam setiap keadaan.
d. Cara berpikir anak yang centralized, yaitu cara
berpikir anak masih terpusat pada satu dimensi saja. Contoh, seorang anak
dihadapkan pada dua gelas yang diisi air berbeda, yang satu air putih dan yang
satu air teh dengan volume yang sama antara air putih dan air teh sehingga
terlihat sejajar atau sama banyak, jika anak ditanya apakah air putih dan air
teh sama banyak? Anak akan menjawab “ya”, kemudian anak diminta menuang air
putih tersebut ke dalam gelas yang lain yang ukurannya lebih lebar sehingga
jika dituang air putih terlihat lebih sedikit. Anak ditanya lebih banyak yang
mana antara air putih dan air teh? anak akan menjawab lebih banyak air teh
daripada air putih karena air teh lebih tinggi dari air putih. Dalam hal ini
anak tidak memikirkan lebar gelas yang digunakan tetapi hanya memperhatikan
tinggi air jika disejajarkan. Cara berfikir yang seperti ini dikatakan belum
menguasai gejala konservasi.
e. Berpikir tidak dapat dibalik, operasi logis anak belum
dapat dibalik. Pada tahap ini anak belum dapat berpikir berkebalikan
(reversibel) atau berpikir dua arah, contoh anak memahami jika 4 + 2 = 6, namun
anak belum dapat memahami jika 6 – 2 = 4 atau 6 – 4 = 2 (Slamet Suyanto,
2005:65)
f. Berpikir terarah statis, anak belum dapat berpikir
tentang proses terjadinya sesuatu.
3. Penjelasan
: Kami ingin memberikan Pelajaran dengan
konsep belajar sambil bermain dimana disini dikhususkan untuk belajar berhitung
dengan metode menggunakan alat bantu seperti kertas yang akan menyurapai hewan
sehingga anak-anak akan lebih tertarik dengan hewan tersebut.
- Subjek : 3
orang anak TK yang berusia 4-6 tahun
- Lokasi :
Jl. Universitas
- Waktu :
- Rabu,
1 April 2015
- Kamis,
2 April 2015
- Sabtu,
4 April 2015
- Durasi
Kegiatan : 90 menit untuk petemuan 1
dan 2,120 meit untuk pertemuaan 3
- Rencana
Kegiatan
Rabu,
01 April 2015 {pertemuaan 1}
•
80.00-08.15 à
Perkenalan
•
08.15-08.45 à
Belajar berhitung
•
08.45-09.00 à
Tanya jawab tentang berhitung
•
09.00-09.15 à
Games
•
0915-09.30 à
Sayonara
Kamis,
02 April 2015 {pertemuaan 2}
•
80.00-08.15 à
Ice breaking
•
08.15-08.45 à
Belajar berhitung
•
08.45-09.00 à
Tanya jawab tentang berhitung
•
09.00-09.15 à
Games
•
0915-09.30 à
Sayonara
Sabtu,
04 April 2015 {pertemuaan 3}
•
80.00-08.15 à
Opening
•
08.15-08.45 à
Belajar berhitung
•
08.45-09.00 à
Ice Breaking
•
09.00-09.20 à
Tanya jawab tentang berhitung
•
09.20-09.45 àGames
•
09.45-10.00 à
Penutupan
- Media :
- Alat
tulis
- Buku
Cerita
- HP/
Tab
- Buku
tulis
- Origami
- Alat
bantu hitung
- Perincian
Biaya
Origami : Rp 10.000,-
Buku Tulis : Rp 5.000,-
Alat Tulis : Rp. 5.000,-
Jumlah : Rp 20.000,-
Hari pertama (01 April
2015)
- Ongkos
: -
- Reward
:Rp 5000/anak (susu+roti)
Jumlah : Rp 15.000
Hari kedua (02 April
2015)
- Ongkos
:
- Reward
:Rp 5000/anak (susu+roti)
Jumlah : Rp 15.000
Hari ketiga (04 April
2015)
- Ongkos
: -
- Reward
:Rp 5000/anak (susu+roti)
Jumlah : Rp 15.000
TOTAL : Rp 45.000
Total
Keseluruhan Rp 45.000 + Rp 20.000,- = Rp 65.000,-
- Pelaksanaan
: Di laksanakan oleh semua anggota kelompok yang akan dibagi dalam
pembagian peran masing-masing anggota kelompok akan mendapatkan peran
serta yang sama dalam setiap kegiatan
Sebelum melakukan kegiatan tersebut
kami terlebih dahulu mencari 3 orang anak yang sesuai dengan kriteria yang kami
butuhkan (anak-anak yang berusia 4-6 tahun). Kemudian kami memberitahu tentang
kegiatan yang ingin kami lakukan kepada orangtua dan guru dsari si anak dan
meminta izin kepada mereka untuk melakukan kegiatan yang kami maksud. Setelah
mendapat izin Kami akan melaksanakan kegiatan pertama kali pada hari Rabu, 01
April 2015. Dimulai dengan perkenalan terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan belajar
berhitung, tanya jawab, games, dan yang terakhir sayonara. Kegiatan berikutnya
kami laksanakan pada hari Kamis 02 April 2015. Dimulai dengan kegiatan ice
breaking agar anak-anak merasa lebih semangat, dilanjutkan dengan Belajar
berhitung , tanya jawab, games, dan sayonara. Di hari ke 3 hari sabtu 04 april
2015 kami memulai dengan opening dengan menanyakan kabar, setelah itu belajar
berhitung, kemudian ice breaking untuk penyemangat si anak setelah itu Tanya
jawab lalu games kemudian terakhir penutup.
Dalam sesi perkenalan kami
melakukan pendekatan kepada anak agar mereka tertarik untuk mendengarkan cerita,
kami memulainya dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu, kemudian menanyakan
nama mereka atau hal-hal yang bersangkutan dengan diri mereka. Kegiatan Berhitung
kami lakukan dengan menunjukkan gambar terlebih dahulu sebagai pengantar,
kemudian kami menceritakannya. Di tengah-tengah penjelasan kami menyelipkan
hitungan pada si anak. Kegitan tanya jawab kami lakukan untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman anak tentang alur cerita dan hitungan yang akan kami lakukan
seperti penambahan atau pengurangan yang sesuai dengan pembelajaran yang ada yang
didapat. Games yang kami lakukan bertujuan untuk membuat anak merasa gembira
dan bersemangat. Ice breaking kami lakukan untuk membuat anak menjdi lebih
rileks sebelum mendengarkan belajar serta mengurangi rasa bosan ketika belajar.
Dalam kegiatan penutup kami mengajak anak untuk bernyanyi bersama dan
memberikan reward kepada anak-anak tersebut sebagai tanda terimakasih.
- Peran / Tugas
Anggota :
Rabu,
01 April 2015
- Perkenalan
: Seluruh anggota kelompok.
- Pengajar
: Muhammad Rizki Nugroho
- Games
: Nisya Aspasia & Eka Sartika
- Dokumentasi
: Riza Indri Sri Metami Barus
Kamis,
02 April 2015
- Perkenalan
: Seluruh anggota kelompok.
- Pengajar
: Nisya Aspasia
- Games
: Riza Indri Sri Metami Barus & Eka Sartika
- Dokumentasi
: Muhammad Rizki Nugroho
Sabtu,
04 April 2015
- Pengajar
: Riza Indri Sri Metami Barus
- Games
: Muhammad Rizki Nugroho & Nisya Aspasia
- Dokumentasi
: Eka Sartika
- Penutup
: Seluruh anggota kelompok
Langganan:
Postingan (Atom)